TEORI-TEORI DALAM PERKEMBANGAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan manusia menunjuk pada perubahan-perubahan yang terjadi selama rentang hidup seseorang. Dalam membahas tentang perkembangan manusia, terdapat banyak teori. Teori perkembangan dalam hal ini berusaha memberikan suatu kerangka konseptual yang logis dan jelas untuk menggambarkan dan memahami perilaku dan gejala-gejala yang menimbulkan perubahan perkembangan serta prinsip dan mekanisme yang mendasari proses perubahan tersebut.
Dalam memahami perkembangan manusia, teori mempunyai peranan yang sangat penting. Teori dapat membantu kita memahami gejala-gejala dan membuat ramalan tentang bagaimana kita berkembang serta bagaimana kita berperilaku. Maka dalam makalah ini akan dibahas beberapa teori tentang perkembangan manusia.[1]

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah:
1.      Apakah yang dimaksud dengan teori perkembangan?
2.      Apa saja teori-teori dalam Perkembangan?
3.      Bagaimana bentuk-bentuk teori dalam perkembangan?

C.    Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka diperoleh tujuan pembahasan makalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian teori perkembangan.
2.      Untuk mengetahui apa saja teori-teori dalam perkembangan.
3.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk teori dalam perkembangan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Teori Perkembangan
Berhubungan beberapa aspek di dalamnya diberikan penonjolan tertentu, maka timbulah berbagai pandangan (teori) mengenai psikologi perkembangan. Suatu teori akan memperoleh arti yang penting bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada. Teori adalah pernyataan-pernyataan tentang sebuah konsep yang tersusun secara integratif yang berfungsi sebagai acuan saat harus menyebutkan/mendeskripsikan, membuat prediksi, dan menejelaskan sebuah fenomena atau perilaku yang muncul. Berdasarkan data ini dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu teori adalah sutu konsepsualisasi yang umum. Suatu terori harus dapat diuji kebenarannya. Bila tidak dia bukan suatu teori.[2]

B.     Teori-Teori dalam Perkembangan
Dalam pembahasan tentang perkembangan manusia, terdapat banyak teori untuk menjelaskan tentang hakikat manusia , terutama tentang bagaimana manusia berkembang dan bertingkah laku dalam kehidupannya.
1.      Teori Psikodinamik
Teori psikodinamik merupakan teori yang berupaya menjelaskan hakikat perkembangan dan kepribadian. Unsur-unsur yang sangat diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Para teoritis psikodinamik percaya bahwa perkembangan merupakan suatu proses aktif dan dinamis yang sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan   atau impuls-impuls individu yang dibawa sejak lahir serta pengalaman sosial dan emosional mereka. Perkembangan seorang anak terjadi melalui serangkaian tahap, yang setiap tahapnya anak mengalami konflik-konflik internal yang harus diselesaikan sebelum memasuki tahap berikutnya. Teori ini banyak dipengaruhi Sigmund Freud dan Erik Erikson.
a.      Teori Psikoanalisis Freud
Teori ini berfokus pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian. Freud  meyakini bahwa kepribadian manusia memiliki tiga struktur penting, yaitu id, ego, dan superego.
1)      Id, merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu yang secara psikologis telah ada sejak lahir. Id merupakan reservior (gudang) energi psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menggerakkan kedua struktur yang lain. Id merupakan sesuatu komponen yang menggunakan prinsip kesenangan.
Contoh: orang yang lapar, pasti akan membayangkan makanan. Tetapi tidak akan menjadi kenyang jika hanya membayangkan. Karena itu, perlu adanya sistem lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia objektif, yaitu ego.
2)      Ego, merupakan bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana yang bekerja atas dasar kenyataan pada dunia luar atau realitas yang ada di luar dirinya. Ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur, dan mengendalikan kepribadian
Contoh:.ketika seseorang merasa lapar (dorogan dari id), maka ego akan memuaskan angan-angan tersebut dengan mencari makanan yang benar-benar nyata.
3)      Superego, merupakan dasar moral dari hati nurani. Superego memegang kendali atau filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu baik-buruk, benar-salah, dan boleh tidak.[3]

b.      Teori Psikososial Erikson
Menurut teori psikososial Erikson, kepribadian terbentuk ketika seseorang melewati tahap psikososial sepanjang hidupnya. Psikososial berarti tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Perkembangan manusia dibedakan berdasarkan kualitas ego dalam delapan tahap perkembangan. Empat tahap pertama terjadi pada masa bayi, dan empat tahap terakhir terjadi pada masa dewasa sampai usia tua.
1)      Tahap kepercayaan dan ketidakpercayaan (trust versus mistrust),  merupakan tahap yang terjadi selama tahun-tahun pertama. Contoh dalam tahap ini adalah hubungan antara ibu dengan bayi. Ketika ibu memberi makan, memeluknya, mengajak berbicara, maka bayi akan merasa bahwa dirinya diterima di dalam lingkungannya. Hal ini yang menjadi landasan pertama bagi rasa percaya. Sebaliknya, jika ibu tidak memenuhi kebutuhan sang bayi, maka dalam diri bayi akan timbul rasa ketidakpercayaan terhadap lingkungannya.
2)      Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomi versus shame and doubt), yaitu tahap kedua perkembangan psikososial yang berlangsung pada akhir masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Contohnya: anak mulai berlatih untuk pergi ke toilet.
3)      Tahap Inisiatif dengan Rasa Bersalah (initiatif versus guilt), terjadi pada masa-masa prasekolah (3-5 tahun). Anak-anak perlu mulai menunjukkan kendali dan kekuasaan atas lingkungan. Contoh: anak-anak mulai mengeksplor diri mereka.
4)      Tahap Kerajinan dan Rasa Rendah Diri (industry versus inferiority), terjadi kira-kira pada usia sekolah (6-11 tahun). Pada masa ini anak-anak mulai memasuki dunia yang baru, yaitu sekolah.
5)      Tahap Identitas dan Kekacauan Identitas (identity versus identity confusion), terjadi pada masa-masa remaja (12-18 tahun). Pada masa ini anak dihadapkan pada masa pencarian jati diri. Keberhasilan memunculkan kemampuan untuk tetap yakin pada diri sendiri, sedangkan kegagalan mengakibatkan kebingungan peran dan rasa diri yang lemah. Ha ini biasanya terjadi ketika sedang berhubungan sosial.
6)      Tahap Keintiman dan Isolasi (intimacy versus isolation), terjadi pada masa dewasa muda (19-40 tahun). Tugas individu pada masa ini yaitu membentuk relasi intim dengan orang lain. Keberhasilan memunculkan hubungan kuat, sedangkan kegagalan menghasilkan kesepian. Contoh: mulai menjalin hubungan dekat dan cinta dengan orang lain.   
7)      Tahap Generatifitas dan Stagnasi (generativity versus stagnation), terjadi pada masa pertengan dewasa (40-65 tahun). Ciri utama tahap ini adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, ide, dan sebagainya) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi selanjutnya. Keberhasilan mendorong perasaan kebergunaan pencapaian, sedangkan kegagalan menghasilkan stagnasi. Contoh: ketika individu sudah bekerja dan menjadi orang tua.
8)      Tahap Integritas dan Keputusasaan (integrity versus despair), terjadi pada masadewasa akhir (65-meninggal). Orang dewasa akhir perlu melihat ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam kehidupan mereka selama ini. Keberhasilan menghasilkan perasaan arif, sedangkan kegagalan menghasilkan penyesalan dan keputusasaan.[4]

2.      Teori Perkembangan Kognitif
Teori kognitif menekankan pada pikiran-pikiran sadar untuk memahami perkembangan pemikiran logis dan dampaknya terhadap perilaku.. Teori kognitif didominasi oleh Teori Piaget.
a.      Teori Piaget
Piaget berpendapat bahwa anak memiliki peran aktif dalam perkembangan mereka sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Ada empat tahap perkembangan kognitif dan pikiran secara kualitatif berbeda pada setiap tahap.
1)      Tahap Sensorimotor (0-2 tahun),
2)      Tahap Praoperasional (2-7 tahun),
3)      Tahap Operational Konkret (7-11 tahun),
4)      Tahap Operasional Formal (11 tahun-dewasa),

3.      Teori Perkembangan Behavoirisme dan Belajar Sosial
Teori ini mengemukakan bahwa kunci untuk memahami perkembangan terletak pada perilaku yang dapat diamati dan respons individu terhadap stimulus lingkungan. Artinya, bahwa perilaku merupakan respons yang dipelajari terhadap penguatan yang diberikan oleh lingkungan. Prinsip-prinsip belajar dan pengkondisian yang digambarkan dalam teori B.F. Skinner dan John B. Watson menejlaskan tentang perkembangan manusia.
Teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura menjelaskan bahwa banyak perilaku manusia dipelajari dengan cara mangamati perilaku dan sikap-sikap orang lain, dan menggunaknnya sebagai contoh bagi perilaku kita sendiri.[5]
4.      Teori Perkembangan Kontektual
Dalam psikologi, istilah kontes digunakan untuk menunjukkan kondisi yang mengelilingi suatu proses mental, dan kemudian mempengaruhi makna atau signifiknisme. Teori konstektual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbal balik antara anak dan konteks perkembangan sistem fisik, sosial, kulural, dan historis diana kejadian itu terjadi.
Beberapa teori yang berpengaruh dalam teori Konstektual:
1)      Teori Etologis, teori ini menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait evolusi, dan ditandai oleh periode-periode kritis.
2)      Teori Ekologis,  teori ini memeberikan tekanan bahwa perilaku dipengaruhi oleh sistem lingkugan.[6]
5.      Teori Perkembangan Konstruktivis Sosial
Teori Konstruktivis sosial merupakan teori yang menekankan pengaruh lingkungan sosial dan budaya pada perkembangan. Teori-teori palong signifikan yang memperhitungkan faktor-faktor sosial dan budaya dalam perkembangan adalah Lev Vygotsky dan Urie Bronfenbrenner.

6.      Model-Model Tansaksional Perkembangan
       Teori ini mejlaskan pembentukan hasil-hasil positif dan negatif bagi anak-nak dan khususnya pembentukan perilaku-perilaku yang tidak biasa. Pendekatan ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1970-an. Salah satu teoritis yang paling utama dalam bidang ini adalah Sameroff (1991; Sameroff & Chandler, 1975). [7]

7.      Teori Perkembangan Humanistis
Teori humanistis muncul pada tahun 1950-an. Aloiran ini dianggap sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Teori ini adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia.
Ciri-ciri pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1)      Memusatkan perhatian pada person yang mengalami dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena dalam mempelajari manusia.
2)      Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas pada manusia.
3)      Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan serta menentang penekanan yang berlebihan pada objektifitas yang mengorbankan signifikasi.
4)      Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap inheren pada setiap individu.

8.      Teori Perkembangan Empirisme
Tokoh utama teori ini adalah Francis Bacon (Inggris 1561-1626) dan John Locke (Inggris 1632-1704). Teori ini berpandangan pada dasarnya anak lahir ke dunia, perkembangannya ditentukan oleh adanya pengaruh dari luar, termasuk pendidikan dan pengajaran. Dianggapnya anak lahir dalam kondisi kosong, putih bersih seperti meja lilin (tabularasa), maka pengalaman (empiris) anaklah yang akan menentukan corak dan bentuk perkembangan jiwa anak.
9.      Teori Perkembangan Nativisme
Tokoh utama teori ini adalah Shopenhauer (Jerman 1788-1860). Teori ini mngemukakan bahwa anak lahir telah dilengkapi pembawaan yang alami (kodrat). Dan pengaruh pembawaan ini yang akan menentukan wujud kepribadian seorang anak. Pengaruh lain dari luar tidak akan mampu mengubah pembawaan seorang anak, sehingga pendidikan bagi anak akan sia-sia.
10.  Teori Perkembangan Konvergensi
Tokoh teori ini adalah William Stern dibantu istri setianya Clara Stern. Mengungkapkan bahwa perkembangan jiwa anak lebih banyak dipengaruhi oleh dua faktor yang saling menopang dan tidak dapat dipisahkan yakni faktor bakat dan faktor pengaruh lingkungan, karena kedua faktor ini dapat membentuk kepribadian dengan baik.
11.  Teori Rekapitulasi
Rakapitulasi yang berarti ulangan, dimaksudkan di sini adalah perkembangan jiwa anak merupakan hasil ulangan dari perkembangan seluruh jenis manusia. Menurut teori ini seorang manusia mengalami tingkatan masa, 1) Masa berburu (sampai ±8 tahun); 2) Masa menggembala (±8-10 tahun);  3) Masa bertani (±10-12 tahun); 4) Masa berdangang (±12-14 tahun); 5) Masa Industri (14 tahun ke atas).
Tokoh yang terkenal dalam teori ini adalah Hack (Jerman 1834-1919) dan diikuti Stanley Hall (AS 1846-1926). Pernyataan yang terkenal dalam teori ini adalah Onogenese Recapitulation Philogenese (Perkembangan satu jenis makhluk adalah mengulang perkembangan seluruhnya).

12.  Teori Kemungkinan Berkembang
Teori ini dipengaruhi oleh Dr. M. J. Langeveld ilmuwan dari Belanda. Teori ini berlandaskan pada alasan-alasan:
1)      Anak adalah makhluk manusia yang hidup.
2)      Ketika dilahirkan anak dalam kondisi tidak berdaya, sehingga ia membutuhkan perlindungan.
3)      Dalam perkembangan anak melakukan kegiatan yang bersifat pasif (menerima) dan aktif (eksplorasi).

13.  Teori Interaksionisme
Menurut teori ini, perkembangan jiwa atau perilaku anak banyak ditentukan oleh adanya dialektik dengan lingkungannya. Maksudnya, perkembangan kognitif seorang anak bukan marupakan perkembangan yang wajar, melainkan ditentukan interaksi budaya.[8]







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Teori adalah pernyataan-pernyataan tentang sebuah konsep yang tersusun secara integratif yang berfungsi sebagai acuan saat harus menyebutkan/mendeskripsikan, membuat prediksi, dan menejelaskan sebuah fenomena atau perilaku yang muncul.
Teori-teori mengenai perkembangan banyak dikemukakan oleh para ahli. Teori-teori prkembangan diantaranya:
1.      Teori Perkembangan Psikodinamika
2.      Teori Perkembangan Kognitif
3.      Teori Perkembangan Behaviorisme dan Belajar Sosial
4.      Teori Perkembangan Kontektual
5.      Teori Perkembangan Konstruktivis Sosial
6.      Model-model Transaksional Perkembangan
7.      Teori Perkembangan Humanistik
8.      Teori Perkembangan Empirisme
9.      Teori Perkembangan Nativisme
10.  Teori Perkembangan Konvergensi
11.  Teori Perkembangan Rekapitulasi
12.  Teori Perkembangan Kemungkinan Berkembang
13.  Teori Perkembangan Interaksionisme






DAFTAR PUSTAKA
Desmita, 2010, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Jahja, Yudrik, 2011, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana
Upton, Penney, 2012, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Penerbit Erlangga



[1] Desmita, Psikologi Perekembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet.6, 2010), hal.38
[2] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), hal.75
[3] Ibid, hal.81
[4]Penney Upton, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012) hal.22
[5]Ibid, hal. 9
[6]Desmita, Psikologi Perekembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cet.6, 2010), hal. 51
[7]Penney Upton , Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012) hal.10
[8]Abu Ahmadi, Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal.20

Komentar

Postingan Populer